Jumat, 30 Maret 2012

TUGAS 2 AKUNTANSI INTERNASIONAL #


Nama   : Nurdiana
Kelas   :  4EB14
NPM   : 20208925
TUGAS 2 AKUNTANSI INTERNASIONAL #
Perbankan nasional kembali diguncang kasus. Adalah Bank Century yang pada akhir November 2008 diselamatkan pemerintah, karena dianggap berpotensi memicu krisis sistemik, menyusul kalah kliring yang dialaminya. Mengenai masalah gagal Kliring Bank Century, Boediono (Gubernur BI) waktu itu menegaskan bahwa hal itu disebabkan oleh factor teknis berupa keterlambatan penyetoran prefund.
Menurut Menteri keuangan Sri mulyani Indrawati, keputusan menyelamatkan Bank Century pada tanggal 21 November 2008 adalah untuk menghindari terjadinya krisis secara berantai pada perbankan yang dampaknya jauh lebih mahal dan lebih dashyat dari 1998. \dengan meminimalkan ongkosnya dan dikelola oleh manajemen yang baik maka Bank Century punya potensi untuk bisa dijual dengan harga yang baik. Maka, mulai hari jumat 21 November 2008 PT. Bank Century telah diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), untuk selanjutnya tetap beroperasi sebagai Bank Devisa penuh yang melayani berbagai kebutuhan Jasa Perbankan bagi para nasabah. Pengambilalihan Bank tersebut oleh Lembaga Pemerintah ini dimaksudkan untuk lebih meningkatan keamanan dan kualitas pelayanan bagi para nasabah. Tim manajemen baru yang terdiri dari para professional telah ditunjuk hari itu juga untuk mengelola dan meningkatkan Kinerja Bank.
Meskipun sudah diambil alih pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), bank yang membukukan laba Rp 139 miliar per semester pertama 2009 tersebut, kini disoroti DPR dan public. Pangkal persoalannya adalah kucuran dana talangan hingga mencapai Rp 6,762 trilliun yang dianggap terlampau besar dan tidak procedural, serta adanya potensi moral hazard demi melindungi dana milik deposan kakap yang disimpan di bank itu.
Bank hasil merger Bank Pikko, Bank Danpac, serta Bank CIC pada 2004 tersebut mengalami kemunduran kinerja secara kronis, sehingga perlu dana talangan. Berdasarkan data LPS, pada rentang waktu 20-23 November 2008, suntikan dana mencapai Rp 2,776 triliun, untuk menutup kebutuhan modal agar rasio kecukupan modal terdongkrak hingga 10 persen. Tak lama berselang, yakni pada 5 Desember 2008, kembali disuntik Rp 2,201 triliun. Dengan demikian dalam rentang 15 hari total dana talangan yang disuntikan mencapai Rp 4,977 triliun. Tak berhenti disitu, dana talangan terus mengucur yakni pada 3 Februari 2009 sebesar Rp 1,155 triliun, disusul pada 21 Juli 2009 sebanyak Rp 630 miliar. Total dana suntikan (bailout) menjadi Rp 6,726 triliun. Suatu jumlah yang fantastis dan tidak mengherankan jika kini disoroti, dan DPR menuntut pertanggungjawaban pemerintah, LPS dan Bank Indonesia (BI).
Mengurai persoalan yang kini menghangat mau tak mau kita harus menengok ke belakang. Perlu diketahui, pemegang saham pengendali Bank Century adalah Rafat Ali Rizvi dan Hesyam Al Warraq. Adapun pemegang saham mayoritasnya Robert Tantular. Setelah merger ternyata tidak ada perbaikan. Sejak 2005 hingga 5 November 2008, bank itu bolak balik masuk pengawasan intensif BI. Penyebabnya adalah exposure pada surat berharga valuta asing (valas) bodong atau tidak berperingkat senilai US$ 203 juta, serta asset tidak produktif senilai Rp 477 miliar, yang menekan modal bank.
Sebagai tindak lanjut pengawasan intensif BI meminta bank menjual tunai surat berharga valasnya paling lambat akhir Desember 2005. Namun, bank mengajukan proposal penyelesaian melalui skema penjaminan tunai (assets management agreement/ AMA), dan disetujui BI pada 21 Februari 2006. Kemudian BI juga meminta bank menambah modal Rp 500 miliar. Permintaan ini dipenuhi pemilik bank sebesar US$ 10,5 juta dan US$ 14,85 juta. Terakhir bank melakukan right issue dan meraup dana Rp 442 miliar.
Namun semua itu sia-sia, Bank Century semakin terperosok sehingga masuk status pengawasan khusus pada 6 November 2008. Berdasarkan pemeriksaan berjalan (assessment) BI per 30 September 2008, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) turun ke posisi 2,35 persen. Kondisi ini juga diperburuk oleh turunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, khususnya deposan besar, seperti Sampoerna dan PT Timah, yang menarik depositonya pada juli 2008, dan berlanjut menjadi penarikan dana besar-besaran (rush). Dalam rentang November hingga Desember 2008, total simpanan yang ditarik mencapai Rp 5,67 triliun.



A. Bank Indonesia Beberkan Alasan
Bank Indonesia (BI) membeberkan alas an terkait keputusan BI saat memberikan predikat bank gagal dan berpotensi sistemik, sehingga harus diserahkan kepada LPS. Akibatnya LPS harus meraguh kocek hingga Rp 6,7 triliun untuk menyelamatkan nbank tersebut.
Ada 5 (lima) kriteria bank century masuk kategori sistemik antara lain :
1. Bagaimana dampak terhadap sector riil jika bank century ditutup. Dalam parameter pertama itu Bank century yang memiliki 65 ribu nasabah tersebut memang tidak berdampak luas. Istilahnya low impact. Tapi ini hanya salah satu parameter.

2. Bagaimana dampak terhadap bank-bank lain jika Bank Century ditutup. Dalam parameter tersebut BI menilai imbasnya bias sangat besar. Sebab data BI menunjukkan saat Bank Century sekarat (November 2008), ada beberapa bank kecil yang memiliki exposure besar di Bank Century. Artinya, dana bank-bank tersebut kecantol di Bank Century melalui fasilitas Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Berdasarkan kalkulasi BI jika dana bank-bank tersebut tidak bias kembali, bank-bank itu bakal mengalami kesulitan likuiditas, rasio kecukupan modal (CAR)-nya turun, dan akhirnya harus masuk dalam pengawasan khusus. Jika bank-bank tersebut masuk pengawasan khusus, bank-bank lain yang memiliki exposure juga akan demikian. Karena itu, bisa menimbulkan efek berantai ke seluruh perbankan.
3. Dampak pada pasar keuangan yakni pasar obligasi pemerintah dan bursa saham. Kalau century ditutup, ada bank lain bermasalah. Karena bank lain itu mempunyai exposure SUN cukup besar, sehingga SUN harus dijual. Itu akan menggoyangkan pasar SUN karena terjadi penjualan besar-besaran. Kalau bank-bank tadi adalah listed company ( perusahaan tercatat dibursa saham ) itu akan menggoyang pasar saham.
4. Dampak kepada system pembayaran antar bank. Kalau ditutup, bank-bank lain yang memiliki tagihan ke Bank Century sulit menagih dan ini tidak dijamin. Ini bisa mengakibatkan system pembayaran chaos. Dalam artian adanya imbas psikologis masyarakat jika Bank Century ditutup. Semua menunjukkan imbasnya mulai medium to high impact hingga high impact.
5. Sejak pertengahan 2008, saat krisis ekonomi global mulai menghebat system keuangan di Indonesia mengalami tekanan hebat. Dana perbankan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang biasanya mencapai Rp 200 triliun tiba-tiba menyusust tinggal Rp 89 triliun. Artinya ada indikasi penarikan dana masyarakat dari bank dalam jumlah besar. Untuk membayar itu, bank harus mencairkan dana mereka yang disimpan di SBI. Indikator lain anjloknya dana deposito masyarakat. Akibatnya untuk menarik dana masyarakat bank mulai menaikkan suku bunga simpanan hingga terjadi perang suku bunga. Bahkan bank-bank besar yang sebelumnya menjadi supplier dalam fasilitas Pasar Uang Antar Bank (PUAb) mulai menahan dana. Hal itu mengakibatkan bank-bank kecil dan menengah mengalami kesulitan likuiditas. Saat itu PUAB sangat tegang. Selain itu resiko gagal kredit ( credit default swap) Indonesia melonjak dari angka normal 200 basis poin (bps) menjadi 1.400 bps. Ditambah pencairan dana investor asing sekitar USD 6 miliar. Intinya ada tekanan besar di pasar uang.
B. Penggelapan
Penyebab lain ambruknya Bank Century adalah penipuan oleh pemilik dan manajemen dengan menggelapkan uang nasabah. Mereka adalah Robert Tantular, Anggota Dewan Direksi Dewi Tantular, Hermanus hasan Muslim dan Laurance Kusuma serta pemegang Saham yaitu Hesham Al Warraq Thalat dan Rafat Ali Rijvi. Pengelapannya dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, memanfaatkan produk reksa dana fiktif yang diterbitkan PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia yang dijual terselubung di Bank Century. Kedua, menyalurkan sejumlah kredit fiktif. Ketiga, menerbitkan letter of Credit ( L/C ) Fiktif. Modusnya yaitu pemilik Bank Century membuat perusahaan atas nama orang lain untuk kelompok mereka. Lantas mereka mengajukan permohonan kredit, tanpa prosedur semestinya serta jaminan yang memadai mereka dengan mudah mendapatkan kredit. Bahkan ada kredit Rp. 98 Milyar yang cair hanya dalam 2 (dua ) jam. Jaminan mereka tambahnya hanya surat berharga yang ternyata bodong.
Selain itu Robert Tantular juga menyalahgunakan kewenangan memindah bukukan dan mencairkan dana deposito valas sebesar Rp. 18 Juta Dollar AS tanpa izin sang pemilik dana, Budi Sampoerna. Robert juga mengucurkan kredit kepada PT Wibowo wadah Rezeki Rp. 121 Milyar dan PT Accent Investindo Rp. 60 Milyar. Pengucuran dana ini diduga tidak sesuai prosedur. Robert Tantular juga melanggar Letter Of Commitmen dfengan tidak mengembalikan surat – surat berharga Bank Century di luar negri dan menambah modal Bank.

C. Permasalahan Yang Ditimbulkan Oleh Bank Century
1. Bahwa masalah di Bank Century disebabkan lemahnya Bank Indonesia mengawasi pengoperasian perbankan nasional, sehingga merugikan keuangan Negara. BI dinilai lalai dalam pengawasan, sehingga direksi dan pemilik Bank Century sejak 2005 leluasa melarikan dana milik nasabah ke luar negri melalui penerbitan Obligasi bodong.
2. DPR merasa dilangkahi pemerintah, karena pemerintah dan DPR hanya bersepakat mengeluarkan dana rekap sebesar 1,3 Trilyun, nyatanya 6,7 trilyun.
3. Pengambilalihan Bank Century oleh pemerintah melalui LPS tidak memiliki konsep yang jelas dan akan menimbulkan kerugianyang cukup besar.Dana yang dikeluarkan LPS dalam upaya penyehatan Century yang mencapai Rp. 6,77 Trilyun dapat dipastikan tidak akan bisa kembali. Dan akan menimbulkan kerugian yang besar, artinya upaya LPS memperetahankan deposan – deposannya tidak lari gagal.
4. Saat ini muncul dugaan dana rekap Bank Century bukan hanya 6,7 trilyun tetapi mencapai hingga 9 Trilyun.
D. Penyelesaian Kasus Bank Century
1. Masih banyak misteri yang melingkupi kasus penyelamatan Bank Century. Karena itu audit investigasi BPK harus dilakukan dengan tuntas. Jangan sampai ada penumpang gelap yang bermain dengan mengatasnamakan penyelamatan ekonomi nasional. Misteri itulah yang ditindaklanjuti komisi pemberantasan Korupsi (KPK) dengan meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melakukan audit investigasi terhadap bank. Tidak hanya KPK, DPR pun minta KPK mengaudit proses bailout tersebut. Itu karena sebelumnya DPR pada tanggal 18 Desember 2008 telah menolak peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 4 Tahun 2008 tentang jaringan pengaman sector keuangan ( JPSK ) sebagai payung hukum dari penyelamatan bank milik pengusaha Robert Tantular itu.
2. Pemerintah terus memburu asset Robert Tantular dan pemegang saham lainnya di luar negeri   dengan membentuk tim pemburu asset. Tim ini beranggotakan staf Departemen Keuangan, Markas Besar Polri, Bank Indonesia, Lembaga Penjamin simpanan, Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, serta Departemen Hukum dan Hak Azasi manusia. Untuk di dalam negeri jumlah asset yang disita polisis terkaitb kasus tindak pidana perbankan di Bank Century sebesar Rp 1,191 miliar. Sementara di luar negeri, polisis berhasiul menemukan dan memblokir asset milik Robert Tantular senilai 19,25 Juta dolar AS atau setara Rp 192,5 Miliar. Uang sebesar itu antara lain terdapat di USB AG Bank Hongkong senilai 1,8 juta dolar AS, PJK Jersey sejumlah 16,5 juta dolar AS, dan British Virgin Island ( Inggris ) sebesar 927 ribu dolar AS. Selain itu polisisjuga menemukan dan memblokir aset Hesham Al Warraq \talaat serta Rafat Ali Rizvi senilai Rp 11,64 triliun. Aset itu tersebar di UBS AG Bank sejumlah 3,5 juta dolar AS, Standard Chartered Bank senilai 650 ribu dolar AS dan sejumlah SGD 4.006, di ING Bank sebesar 388 ribu dolar AS.
3. Dalam proses hukum bank Century, pemilik bank century Robert tantular beserta pejabat bank century telah ditetapkan sebagai terdakwa kasus penggelapan dana nasabah. Bahkan manajemen Bank Century telah terlibat dalam memasarkan produk reksadana PT Antaboga Sekuritas yang jelas-jelas dalam pasal 10 UU Perbankan telah dilarang. Prinsip the five C’s of credit analysis yang menjadi dasar pemberian dana talangan rupanya tidak diterapkan oleh LPS. LPS harusnya meneliti Character (kejujuran pemilik bank), collateral (jaminan utang bank), capital (modal), capacity ( kemampuan mengelola bank ) dan condition of economy sebelum bailout diberikan. Artinya dari segi the five C;s of credit analysis Bank Century sebenarnya tidak layak sama sekali mendapatkan dana talangan dari LPS. Ironisnya LPS justru mengucurkan dana sampai 6,7 triliun ke bank itu.
4. Solusi untuk mengatasi bank-bank bermasalah bukan dengan memberikan penjaminan penuh ( blanket guarantee atau bailout ) seperti yang diberikan ke Bank Century. Hal itu berdasar pengalaman krisis keuangan 1998 yang akhirnya mengakibatkan munculnya bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) hingga Rp 600 triliun.
E. Kesimpulan
Pemberian bailout atau dana talangan oleh pemerintah kepada bank century yang membengkak hingga Rp 6,7 triliun dari semula 1,3 triliun harus menjadi bahkan pembicaraan dan perdebatan seru. Bukan hanyua dimedia massa dikalangan para ahli dan birokrasi pemerintah, tapi juga departemen karena hal ini menyangkut dua aspek yaitu politik dan hukum.
Pemberian dana bailout century yang sekarang terus diperjualkan bisa berakibat buruk terhadap bank tersebut. Dimana akan mengurangirasa percaya nasabah pada dunia perbankan.
Kasus Bank Century mencerminkan lemahnya pengawasan Bank Indonesia ( BI ) sebagai bank sentral terhadap bank umum. Bank-bank umumnya hendaknya mendapat pengawasan ketat dari bank Central.
F. Saran
Dalam menghadapi kasus bank Cemtury perlunnya kerjasama dengan baik antara pemerrintah, DPR-RI dan Bank Indonesia
1. Pemerintah harus bertanggung jawab kepada nasabah Bank Century agar bisa uangnya dicairkan.
2. Harusnya ada trasparansi public dalam menyelesaikan kasus Bank century sehingga tidak terjadi korupsi
3. Audit infestasi BPK harus dilakukan dengan tuntas dan dibantu oleh Polri, kejaksaan, Pemerintah Bank Indonesia.

Jumat, 16 Maret 2012

Tugas 1 akuntansi internasional #


Nama   : Nurdiana
Kelas   : 4EB14
NPM   : 20208925
Tugas 1 Akuntansi Internasional #

1.   Nona Sasya mendapat kiriman uang dari pamannya yang bekerja di Amerika Serikat sebesar    US$1.000 dan kiriman kakaknya yang bekerja di Jepang sebesar ¥5.000. Kurs jual US$1 = Rp7.200,00 dan ¥1 = Rp240,00; sedangkan kurs beli US$1 = Rp7.000,00 dan ¥1 = Rp250,00. Berapa rupiah uang yang akan diterima Nona Sasya?
  Jawab :
   Kurs Beli = 7000 x $1000 = 7.000.000
   250 x 5000 = 1.250.000
2. Jika Tuan Rudolfo memiliki uang rupiah sebesar Rp10.080.000,00, kemudian ia ingin menukarkannya dengan lima mata uang yang saudara pilih, berapa yang akan ia peroleh?
  Jawab :
  Kurs Jual :
  AUD  = 10080000/10206,42 = 987,61
  BND  = 10080000/7679,12   = 1312,65
  CAD  = 10080000/9759,98   = 1032,79
  CHF  = 10080000/10492,19 = 960,71
  EUR  = 10080000/12665,60 = 795,85

3.     Tn. Michael akan pergi ke lima negara (Disesuaikan dengan pemilihan mata uang negara masing masing individu). Ia mempunyai uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Hari ini ia datang ke bursa valas untuk menukarkan uangnya (rupiah). Pada saat itu kurs yang berlaku di bursa valas adalah sebagai berikut.
     Kurs jual : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
     Kurs Beli : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
     Berapa yang diterima Tn. Michael dari bursa valas?
     Jawab :
     Kurs Jual :
     AUD = 200000000/10206,42 = 19595,50
     BND = 200000000/7679,12   = 26044,65
     CAD = 200000000/9759,98   = 20491,84
     CHF = 200000000/10492,19 = 19061,79
     EUR = 200000000/12665,60 = 15790,80

4. Sepulang dari lima negara tersebut, Tn. Michael memiliki sisa uang sebanyak 1000 untuk masing-masing mata uang. Ia datang lagi ke bursa valas untuk menukarkan uang dolarnya dengan uang rupiah. Pada saat itu kurs yang berlaku di bursa sebagai berikut.
Kurs jual : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Kurs Beli : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Berapa rupiah Tn. Michael akan menerima hasil penukaran di bursa valas tersebut?
Jawab :
Kurs Beli :
AUD = 1000 X 9148,35 = 9148,35
BND = 1000 X 6880,20 = 6880,2
CAD = 1000 X 8744,46  = 8744,46
CHF = 1000 X 9402,97   = 9402,97
EUR = 1000 X 11356,03 = 11356,03

Tulisan 1 akuntansi internasional #


Nama    : Nurdiana
Kelas     : 4EB14
NPM      : 20208925
Tulisan 1 akuntansi internasional #

Sebuah Investigasi Hubungan Antara Penggunaan Standar Akuntansi Internasional dan Sumber Keuangan Perusahaan di Jerman
Penelitian ini menguji hubungan antara penggunaan standar akuntansi internasional dan sumber perusahaan keuangan. Kami Menyelidiki proposisi yang terkandung dalam Nobes '(1998) model yang mendalilkan perusahaan ousider (mereka dengan tingkat yang lebih tinggi dari keuangan publik) dalam ekuitas lemah-orang luar pasar (pasar modal di mana ekuitas keuangan publik tidak sumber dominan keuangan) lebih mungkin untuk mengubah jenis mereka sistem akuntansi dari satu berfokus pada informasi bagi kreditur dan otoritas pajak untuk satu yang memenuhi kebutuhan dana eksternal. Kami dianggap 176 perusahaan yang terdaftar Jerman selama tahun buku 1999. Hasil Nobes dukungan kami '(1998) model sebagai kami menemukan perusahaan dengan keuangan ousider lebih (diwakili oleh proporsi saham yang dimiliki oleh pihak luar dan jumlah utang publik) lebih mungkin untuk menggunakan standar internasional (US GAAP atau IAS). Mempertimbangkan pilihan perusahaan dari US GAAP atau IAS, kami menemukan perusahaan memilih US GAAP daripada IAS lebih mungkin untuk memiliki tingkat yang lebih tinggi keuangan luar.
Laporan Keuangan Pengaruh Mengadopsi Standar Akuntansi Internasional
Studi ini mengkaji dampak penerapan Standar Akuntansi Internasional (IAS) terhadap laporan keuangan dan relevansi nilai mereka untuk sampel perusahaan Jerman selama tahun 1998 - 2002. Dengan menerapkan desain penelitian yang inovatif kita membandingkan angka akuntansi yang dilaporkan dalam aturan akuntansi Jerman (HGB) dengan mereka yang di bawah IAS untuk set yang sama perusahaan-tahun, dan dokumen bagaimana adopsi IAS perubahan ukuran finansial kunci dan relevansi nilai informasi laporan keuangan. Sementara HGB adalah stakeholder-oriented dan sering dilihat sebagai model akuntansi biaya historis yang menekankan perataan laba, IAS adalah pemegang saham berorientasi dan Secara umum percieved sebagai model akuntansi wajar-nilai yang menekankan penilaian neraca. Konsisten dengan persepsi ini, kita menemukan bahwa jumlah aktiva dan nilai bok ekuitas, serta variablity nilai buku dan laba bersih secara signifikan lebih tinggi sesuai IAS dari HGB. Selain itu, kami menemukan bahwa nilai buku (laba bersih) memainkan peran (lebih rendah) penilaian lebih besar di bawah IAS daripada di bawah HGB. Akhirnya, kita menemukan bahwa sementara penyesuaian IAS untuk nilai buku umumnya nilai yang relevan, penyesuaian terhadap pendapatan umumnya nilai tidak relevan. Buktinya kami memberikan wawasan baru ke dalam perbedaan akuntansi antara sistem akuntansi stakeholder yang berorientasi dan pemegang saham berorientasi dan lampu gudang atas laporan keuangan dan implikasi penilaian mengadopsi IAS di pemangku kepentingan yang berorientasi ekonomi, isu yang sangat penting dalam pengadopsian mendatang IAS oleh Masyarakat Eropa.
Domestik Standar Akuntansi, Standar Akuntansi Internasional, dan Prediktabilitas dari Laba
Kami menyelidiki (1) apakah variasi dalam standar akuntansi melintasi batas-batas nasional relatif terhadap Standar Akuntansi Internasional (IAS) memiliki dampak pada kemampuan analis keuangan untuk memprediksi laba perusahaan non-AS 'secara akurat, dan (2) apakah perubahan perkiraan analis akurasi setelah perusahaan mengadopsi IAS. IAS adalah seperangkat kebijakan pelaporan keuangan yang biasanya memerlukan pengungkapan meningkat dan membatasi pilihan manajemen terhadap metode pengukuran relatif terhadap standar akuntansi negara sampel kami perusahaan 'domisili. Kami mengembangkan indeks perbedaan dalam pengungkapan akuntansi negara dan kebijakan pengukuran relatif terhadap IAS, dan dokumen yang perbedaan yang lebih besar dalam standar akuntansi relatif terhadap IAS secara signifikan dan positif dengan nilai absolut kesalahan perkiraan analis pendapatan. Selanjutnya, kami menunjukkan bahwa akurasi perkiraan analis setelah perusahaan meningkatkan mengadopsi IAS. Lebih khusus lagi, setelah mengendalikan perubahan nilai pasar dari ekuitas, perubahan berikut analis, dan perubahan jumlah laporan berita, kita menemukan bahwa konvergensi dalam kebijakan akuntansi perusahaan 'yang dibawa dengan mengadopsi IAS secara positif terkait dengan pengurangan perkiraan analis kesalahan.
Akuntansi Internasional Standar dan Kualitas Akuntansi
membandingkan karakteristik data akuntansi bagi perusahaan yang mengadopsi Standar Akuntansi Internasional (IAS) untuk sampel pertandingan perusahaan yang tidak untuk menyelidiki apakah pelaporan bawah IAS dikaitkan dengan perbedaan diprediksi dalam kualitas akuntansi dan biaya modal. Setelah adopsi IAS, perusahaan buktinya kurang manajemen laba, pengakuan kerugian lebih tepat waktu, dan lebih relevansi nilai kualitas akuntansi setelah adopsi dari sebelumnya menyarankan bahwa adopsi IAS dikaitkan dengan peningkatan kualitas akuntansi. Sementara lebih spekulatif, hasil kami juga memberikan bukti lemah yang IAS perusahaan adopsi dapat menikmati biaya lebih rendah modal setelah adopsi dari non-adopsi perusahaan, dan pengurangan biaya adopsi modal berikut. Secara keseluruhan, hasil kami menunjukkan peningkatan kualitas akuntansi terkait dengan adopsi IAS.
Nilai Perbandingan Relevansi antara Jerman, AS dan Standar Akuntansi Internasional: Sebuah Perspektif Bursa Pasar Jerman
U.S. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) and International Accounting Standards (IAS) compete for Internastional acceptance as reporting standards for capital markets around the world and in the U.S. Currently, the Securities and Exchange Commission (SEC) is considering the quality and acceptability of IAS, and has issued a Concept Release (SEC 2000), seeking advice on this issue. There is, however, only minimal market based evidance on the comparative quality of these two reporting regimes. In this research, we compare the value relevance of earnings produced under three accounting regimes, German GAAP, U.S. GAAP and IAS, by considering the association of stock returns and reported earnings as a mesure of quality of accounting standards.
Internasional Konvergensi Praktek Akuntansi: Memilih Antara IAS dan US GAAP
Penelitian ini menguji melaporkan praktek sampel perusahaan yang terdaftar asing yang terdaftar dan dalam negeri-saja dari Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Australia untuk menentukan sejauh mana perusahaan secara sukarela menggunakan "internasional" standar. Dua jenis penggunaan standar nasional non dalam rekening disampaikan kepada publik dianggap: penerapan standar "internasional" bukan standar nasional, dan penggunaan tambahan dimana "internasional" standar yang digunakan dalam conjuction dengan standar nasional. "Internasional" standar didefinisikan sebagai US GAAP atau IAS. Tes studi untuk preferensi baik untuk serangkaian standar dan menganggap hubungan chioce rezim dengan atribut perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan sukarela signifikan "internasional" standar di semua lima negara asing dan di antara perusahaan yang terdaftar yang terdaftar dan dalam negeri saja. Perusahaan menggunakan "internasional" standar cenderung lebih besar, memiliki lebih banyak pendapatan asing dan untuk dicatatkan pada satu atau lebih bursa saham asing. US GAAP adalah pilihan utama, tetapi IAS digunakan oleh banyak perusahaan di Jerman dan beberapa di Jepang. Perusahaan yang terdaftar di pasar yang diatur Amerika Serikat (NYSE dan NASDAQ) lebih cenderung memilih US GAAP, tetapi perusahaan yang diperdagangkan di pasar OTC menunjukkan dukungan yang cukup untuk IAS.
Studi ini menunjukkan untuk manajer dan regulator yang ada dukungan yang cukup besar untuk "internasional" standar, dan bahwa pilihan IAS atau US GAAP berhubungan dengan karakteristik perusahaan tertentu yang berbeda sesuai dengan negara perusahaan asal. Menggunakan sebagian besar "internasional" standar mencerminkan kerangka kelembagaan masing-masing negara, membenarkan kunci dari regulator nasional dan setter standar dalam membantu perusahaan untuk mencapai pelaporan internasional lebih sebanding.
Keputusan Kegunaan Metode Alternatif Pelaporan Joint Venture
Abstrak: Tergantung pada negara dan keadaan, pelaporan aturan untuk investasi antar-mungkin memerlukan metode biaya, metode ekuitas konsolidasi proporsional, atau konsolidasi penuh, dan dapat menghasilkan angka akuntansi secara dramatis berbeda. Dalam lingkungan pasca-Enron ada fokus khusus pada investasi yang kewajiban tetap mati neraca. Kami membandingkan isi informasi pengobatan alternatif akuntansi untuk sampel perusahaan-perusahaan Kanada melaporkan usaha patungan di bawah konsolidasi proporsional. Kami menyajikan kembali laporan keuangan mereka dengan menggunakan metode ekuitas dan kita bandingkan isi informasi dari dua metode akuntansi dalam memprediksi laba akuntansi terhadap ekuitas pemegang saham biasa. Kami menemukan bukti yang konsisten dengan pandangan bahwa laporan keuangan disusun dengan konsolidasi proporsional memberikan prediksi yang lebih baik di masa depan pengembalian ekuitas pemegang saham daripada menyiapkan laporan keuangan dengan metode ekuitas. Kami menyimpulkan bahwa, untuk perusahaan-perusahaan, konsolidasi proporsional memberikan informasi dengan kemampuan prediksi yang lebih besar dan relevansi yang lebih besar daripada metode ekuitas.

Harmonisasi Sistem Akuntansi Internasional
Globalisasi adalah salah satu proses sosial terbesar yang dihadapi umat manusia telah sejak sebelumnya. Itulah mengapa dampak itu dalam ekonomi global sangat besar. Menghadapi tantangan sistem informasi global keuangan telah meminta informasi keuangan yang konsisten yang dihasilkan oleh akuntansi. Salah satu proses akuntansi utama internasional pada periode sebenarnya adalah harmonisasi sistem akuntansi nasional. Ada dua sistem utama yang bersengketa tahap Flirts menjadi benchmark: GAAP dan IFRS. Masing-masing memiliki plus dan minus pada menjadi orang choused. Karena fakta ini solusi untuk solusi akuntansi unik internasional. Apakah ini realisasi ide, langkah apa yang telah dilakukan sampai sekarang, apa yang harus dilakukan di masa depan. Ini adalah pertanyaan yang papaer ini mencoba untuk menjawab.


DEFINISI AKUNTANSI INTERNASIONAL
Akuntansi internasional memperluas akuntansi yang bertujuan umum (general purpose yang berorientasi nasional, dalam arti luas untuk
- Analisa komparatif internasional
- Pengukuran dari isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi transaksi2 bisnis    mulitnasional
- kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional
- harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-aktivitas politik, organisasi, profesi dan pembuatan standar
Ada 3 kekuatan utama yang mendorong bidang akuntansi kedalam dimensi internasional yang terus tumbuh. Kekuatan kekuatan itu adalah (1) Faktor lingkungan, (2) Internasionalisasi dan disiplin akuntansi, dan (3)internasionalisasi dari profesi akuntansi.
Faktor-Faktor Lingkungan
Baik Negara maju atau Negara berkembang besar atau kecil pada belahan bumi yang satu ataupun yang lain, semuanya mengalami hubungan internasional yang lebih erat dan ketergantungan ekonomi yang tinggi. Ada 15 faktor lingkungan yang memberi dampak pada akuntansi. Pemilihan bersifat subyektif dan daftarnya bisa berubah dengan berlalunya waktu.
Internasionalisasi Disiplin Akuntansi
Tiga faktor Kunci telah memainkan peranan yang menentukan dalam internasionalisme (bidang atau disiplin) akuntansi:
1. Spesialisasi
Seperti halnya ilmu kedokteran, pada saat ini spesialisasi dalam akuntansi adalah suatu fakta misal di USA dan Jerman.akuntansi internasionak adalah satu bidang keahlian yang diakui dalam bidang akuntasi bersama-sama dengan akuntansi pemerintahan, akuntansi perpajakan, auditing, akuntansi manajemen, akuntansi perilaku dan sistem informasi.
2. Sifat internasional dari sejumlah masalah teknis
Perdagangan internasional, operasi bisnis multinasinal, investasi asing dan transaksi-transaksi pasar merupakan masalah yang unik dalam internasionalisme akuntansi
3. Alasan historis
Sejarah akuntansi adalah sejarah internasional .Pembukuan double entry yang dianggap sebagai asal mula akuntansi yang ada sekarang yang bermigrasi ke beberapa negara termasuk indonesia. Wansan akuntasi dengan demikian, bersifat internasional.